SELAMAT DATANG TEMAN-TEMAN GURU GEOGRAFI TINGKAT MADRASAH ALIYAH SULAWESI UTARA, GORONTALO DAN MALUKU UTARA

Minggu, 10 Juni 2012

PTK IPA SD ( Pembelajaran Inkuiri)


JUDUL: Meningkatkan Prestasi dan Motivasi Belajar IPA Dengan Menerapkan Pengajaran Berbasis Inkuiri Pada Siswa Kelas V SD ................Tahun Pelajaran ..........

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk menigkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikanlain, dan peningkatan mutu manajemen sekolah, namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang memadai.
Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan pengajaran berbasis inkuiri.
Apa yang menjadikan pengajaran menjadi aktif? Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Pengajaran berbasis inkuiri harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud)
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran berbasis inkuiri untuk mengungkapkan apakah dengan model berbasis inkuiri dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi sains. Dalam metode pembelajaran berbasis inkuiri siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.
Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penulis penulis mengambil judul “Meningkatkan Prestasi dan Motivasi Belajar IPA Dengan Menerapkan Pengajaran Berbasis Inkuiri Pada Siswa Kelas ……Tahun Pelajaran .....”

B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan permasalahnnya sebagi berikut:
1.      Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pengajaran berbasis inkuiri pada siswa Kelas ………… tahun pelajaran ....?
2.      Bagaimanakah pengaruh model pengajaran berbasis inkuiri terhadap motivasi belajar siswa Kelas ……… tahun pelajaran ....?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
  1. Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran IPA setelah diterapkannya pengajaran berbasis inkuiri pada siswa Kelas ……tahun pelajaran .....
  2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pengajaran berbasis inkuiri dalam membangunkan ingatan siswa terhadap materi pelajaran IPA setelah diterapkan pengajaran berbasis inkuiri pada siswa Kelas …… tahun pelajaran .....

D.   Hipotesis Tindakan
          Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul ……yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
"Jika Proses Belajar Mengajar Siswa Kelas ……menggunakan metode……. dalam menyampaikan materi pembelajaran, maka dimungkinkan minat belajar dan hasil belajar siswa kelas ………akan lebih baik dibandingkan dengan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sebelumnya".

E.        Kegunaan Penelitian
Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:
  1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar IPA
  2. Sumbangan pemikiran bagi guru dalam mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa belajar IPA di ………… tahun pelajaran .....
  3. Meningkatkan motivasi belajar IPA.
  4. Mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi IPA.
F.   Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
  1. Metode pembelajaran berbasis inkuiri adalah:
Suatu pendekatan pengajaran yang melibatkan siswa didorong untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. 
  1. Motivasi belajar adalah:
Merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.
  1. Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.
G.        Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang meliputi:
  1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas ……… Tahun Pelajaran .....
  2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September tahun pelajaran .....
  3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan ……
Untuk mendapatkan contoh PTK Lengkap Bab I s/d V segera Hub : 
085240976887 PIN BB 28140973


JUDUL PTK TINGKAT SD/MI YANG TERSEDIA DI KAMI:
  1. Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair-Share Pada Siswa SD/MI......
  2. Penggunaan Media Gambar Guna Meningkatkan Keaktifkan Siswa Dalam Pembelajaran IPS Kelas IV SD/MI ..... Tahun Pelajaran .....
  3. Penerapan Pendekatan Proses 5 Fase Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Bahasa Indoensia Kompetensi Menulis Pada Siswa Kelas V SD/MI ..... Tahun Pelajaran .....
  4.   Penerapan Metode Inkuiri Pada Mata Pelajaran Penjaskes Untuk Meningkatkan Teknik Bermain Bola Tangan Pada SD/MI...... Tahun Pelajaran ....
  5. Pengaruh Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah Dalam Meningkatkan Prestasi Dan Pemahaman Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SD/MI .....
  6. “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Dengan Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Siswa Kelas IV  SD/MI.......Tahun Pelajaran ....
  7. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Dengan Metode Penbelajaran Penemuaan (Discovery) Pada Siswa Kelas VI SD/MI....Tahun Pelajaran ...
  8. Peranan Eksplorasi Pustaka Untuk Meningkatkan Ketrampilam Menulis Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD/MI ..... Tahun Pelajaran ....
  9. Metode Demostrasi Dalam Upaya Meningkatkan Proses Belajar Dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas ....SD/MI..... Tahun Pelajaran ....
  10. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Menerapkan Model Pembelajaran PAKEM Pada Siswa Kelas .....SD/MI .... Tahun Pelajaran .....
  11. Upaya Meningkatkan Prestasi dan Kualitas Belajar Bahasa Indonesia Pada Materi Berbicara dan Membaca Dengan Menerapkan Metode STAD dan Metode Role Playing pada Siswa Kelas VI SD/MI....Tahun Pelajaran ....
  12. Peningkatan Proses Pembelajaran Tentang Luas Bangun Melalui Model Kooperatif STAD dan Kuis Pada Siswa Kelas ....SD/MI....Tahun Pelajaran ....
  13. Penerapan Metode Kooperatif Model Group Investigation Sebagai Alternatif Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa SD/MI....
  14. Dll ada 44 Judul PTK Tingkat SD/MI

Sabtu, 02 Juni 2012

Budaya Corat-coret, Potret Pendidikan Tidak Berkarakter

Hari ini Sabtu, 26 Mei 2012 adalah hari yang sangat mendebarkan bagi siswa kelas XII. Karena hari itu, pengumuman Ujian Nasional (UN) serentak dilakukan di seluruh wilayah 
Indonesia oleh semua sekolah setingkat SMA/MA dan SMK.

Prosentase kelulusan UN tahun ini meningkat 27%. Menurut Mendikbud Muhammad Nuh, “Dibanding tahun lalu, ada kenaikan dari sisi kelulusan sekitar 27 persen,”. Secara Nasional, tahun lalu tingkat kelulusan siswa SMA 99,22% dan tahun ini 99,50%. Sebuah Angka Kelulusan yang sangat fantastis secara kuantitatif.

Budaya yang Salah dari Generasi Pendahulu

Untuk merayakan kelulusannya, para siswa seperti biasanya setiap tahun, selalu melakukan aksi corat-coret baju seragam mereka. Agar lebih seru, mereka pun berkumpul di gerbang sekolah dan mulai melakukan aksi corat-coret dan berkonvoi dengan sepeda motor mereka di sepanjang jalanan di kota mereka. Rasanya tidak puas kalau mereka tidak turun ke jalan raya yang sangat ramai dan padat. Maka mereka pun masuk ke jalan raya dan menghadang para pengguna jalan raya. Lampu Stop (traffic light) tidak mereka gubris, yang penting mereka senang. Bisa dibayangkan bagaimana macetnya jalan raya di kota-kota besar ibukota propinsi atau kabupaten. Dengan bangganya, mereka memamerkan wajah urakan mereka. Bak Lady Gaga, mereka pun mulai menyemprot seragam mereka dengan spidol dan pilox. Rambut mereka menjadi pelangi dan pakaian mereka compang-camping. Wajah mereka di make-up bak setan kesiangan atau seperti zombi, mayat yang baru bangkit dari kuburan. Anak-anak lugu hasil pendidikan Indonesia ini seolah tanpa salah melakukan apa saja mau mereka di jalanan. Tidak ada sebenarnya yang mereka cari. Mereka hanyalah generasi pengekor, hanya ikutan-ikutan dan sepertinya harus “melestarikan” budaya salah ini dari budaya kakak kelasnya tahun lalu dan untuk diikuti oleh adik kelasnya di tahun-tahun berikutnya.

Yang patut disayangkan, malah banyak terjadi tawuran dengan senjata tajam, terjadi kecelakaan di jalanan, minum minuman keras, dan sebagainya, hingga ada yang tewas selama konvoi. Dan yang mengerikan buat orang tua, seusai pengumuman, beberapa siswa di suatu kota melakukan pesta seks. Nauzubillah. Apakah ini pertanda kiamat sudah dekat?

Inilah potret wajah pendidikan di Indonesia sebagai hasil lemahnya pendidikan budaya dan karakter bangsa. Sangat minimnya jam-jam pelajaran agama di sekolah-sekolah negeri ditengarai juga semakin menjauhkan para siswa akan nilai-nilai moral, etika, budaya, dan meremehkan dosa. Mereka cenderung ingin melanggar aturan. Mereka pun tuli dari nasehat agama dan gurunya. Yang penting mereka bisa lulus dan happy. Inilah pertanda telah lahirnya sebuah generasi instan, generasi copy paste, dan masa bodoh. “Emangnya Gue Pikirin“, begitulah celoteh mereka kalau dinasehati.

Angka Kelulusan sekedar Lipstik


Angka kelulusan yang mendekati angka sempurna 100% tentu saja sangat membanggakan bagi pihak sekolah dan pejabat terkait yang merasa “telah berhasil”. Itu artinya secara kuantiattif, siswa-siswa Indonesia sudah pintar dan sudah cerdas.  Tidak satu orang guru pun tentunya yang tidak suka kalau muridnya lulus 100% asalkan itu merupakan hasil nyata dari kerja guru yang telah mendidik muridnya selama 3 tahun. Namun, akan menjadi tanda tanya, kalau ternyata perolehan nilai antara anak yang cerdas dan yang tidak, ternyata terbalik. Banyak ditemukan, nilai 10 (nilai sempurna) diraih oleh siswa yang biasa-biasa saja. Tragisnya, pernah terjadi anak yang pintar di sekolah tidak lulus ujian nasional. Sudah pasti menjadi tanda tanya.

Tetapi jika mau jujur, jika semua guru di sekolah-sekolah di Indonesia ditanya (atau dilakukan polling), apakah mereka yakin terhadap nilai siswanya? Saya yakin, lebih banyak guru yang menjawah “Tidak Yakin”. Kasus ini sudah terjadi di seluruh Indonesia. Anehnya juga, mata pelajaran Matematika (yang dianggap sangat sulit oleh siswa) ternyata banyak yang memperoleh nilai 8,00 sampai 10,00. Sementara nilai Bahasa Indonesia (yang dianggap relatif mudah) justru lebih kecil perolehannya (kisaran 3,00 sampai 7,00).

Jadi kebanggan terhadap tingginya angka kelulusan dan tingginya perolehan nilai di setiap sekolah hanyalah kebanggan semu dan lipstik semata. Sebuah angka yang disenangi oleh Para pejabat semisal kepala dinas, bupati, gubernur, hingga menteri. Hakekat pendidikan yang rohnya berisi penilaian proses, kejujuran, kerja keras, dan disiplin sepertinya sudah tercerabut dari tubuh pendidikan di Indonesia. Maka lahirlah output pendidikan “yang penting lulus”, “yang penting ikut senang”.

Kembali ke Sistem yang Lebih Baik

Pada kurikulum lama (1975, 1984, 1994) masih ada mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Sekarang (Kurikulum KTSP) sudah diganti dengan mata pelajaran Kewarganegaraan, yang seolah menghilangkan roh moral. Jadi sebaiknya mata pelajaran agama dan moral pancasila ditambah jamnya di sekolah. Selain itu, perlu juga ditambah pendidikan budaya, etika, dan tata krama.

Untuk masalah penilaian dan penentuan kelulusan, lebih baik kembali menggunakan sistem lama yaitu NILAI EBTANAS MURNI (NEM). Saat sistem EBTANAS dan NEM diberlakukan, nilai NEM benar-benar mencerminkan nilai murni dari siswa tanpa banyak “bantuan” atau pertolongan dari nilai rapot atau lainnya. Penentuan kelulusan pun lebih fair dilakukan oleh sekolah. Karena sekolah (para guru) jauh lebih tahu proses yang terjadi selama mengajar dan mendidik siswanya. Siapa yang pantas dan tidak pantas untuk lulus. Tidak saja berpatokan pada nilai kognitif (seperti yang dilakukan pemerintah saat ini), tetapi juga psikomotorik, dan afektif secara terpadu dan komprehensif.